Sabtu, 08 November 2014

Tips Mudah Memotret Sunrise dan Sunset

Bagi traveller, ketika sedang melakukan perjalanan banyak spot-spot indah yang dilihat. Rasanya hampir semua titik ingin diabadikan dalam jepretan kamera. Hasil foto menjadi catatan penting dalam sebuah perjalanan. Dan terkadang hasil foto mampu lebih banyak berbicara tentang keindahan perjalanan.
Salah satu spot yang sering diburu ketika melakukan perjalanan adalah saat-saat matahari muncul dari peradaban atau turun menghilang dari garis cakrawala. Namun terkadang kita kesulitan mendapatkan dan memotret momen yang hanya berlangsung sebentar ini.
Sunset di Pulau Sempu
Sunset di Pulau Sempu
Berikut tips-tips untuk memaksimalkan berburu foto sunrise, sunset dan siluet ketika travelling.
1. Riset lokasi
Ketika merencanakan sebuah perjalanan, kita sudah bisa menentukan spot fotografi untuk berburu matahari. Perhitungkan lama perjalanan menuju lokasi, jangan samapi tiba di lokasi ternyata matahari sudah tinggi atau sudah tenggelam. Hal ini penting, karna setiap daerah memiliki perbedaan waktu. Di samping itu, suasana sebelum dan sesudah matahari muncul serta tenggelam memiliki pemandangan yang indah yang dikenal dengan istilah Golden Hour dan Blue Hour.
Usahakan 30 menit sebelum sunrise dan sunset sudah stand by di lokasi. Karena ketika tiba di lokasi kita perlu mencari titik paling strategis untuk memotret.
Golden Hour di Bromo
Golden Hour di Bromo
2. Siapkan Peralatan Pendukung
Memotret alam dengan kondisi minim cahaya membutuhkan keahlian khusus. Demikian pula memotret sunrise dan sunset, perlu persiapan matang untuk mendapatkan hasil maksimal.
Salah satu yang perlu disiapkan adalah tripod yang membantu mengurangi getaran ketika memotret. Peralatan lain yaitu remote release atau kabel release yang juga berfungsi mengurangi efek getaran.
Peralatan lainnya yang bisa mendukung hasil lebih dramatis adalah filter. Pilihan bisa filter ND, GND ataupun CPL.
Kemudian pilihan lensa bisa beragam. Tidak harus menggunakan lensa wide untuk memotret matahari, bisa juga menggunakan lensa tele. Jadi lensa apapun, tetap bisa berburu foto matahari.
Sunset di Pantai Tiku
Sunset di Pantai Tiku
3. Maksimalkan Fitur di Kamera
Kamera digital saat ini sudah memiliki fitur pendukung untuk memotret berbagai kondisi. Tidak hanya kamera DSLR, kamera poket pun bisa menghasilkan foto yang indah.
Untuk kamera DSLR, cari fitur White balance Cloudy, fitur ini akan membuat foto lebih hangat dengan warna lebih kuning kecoklatan pada warna matahari.
Disamping itu, pada kamera DSLR gunakan pula mode metering spot untuk mendapatkan exposure yang tepat. lakukan metering di sekitar matahari dan jangan tepat di mataharinya.
Untuk kamera saku, pilh mode Sunset Scene, maka kamera akan mencari exposure paling tepat untuk kondisi yang diinginkan.
Jangan lupa setting kamera di ISO rendah 100 atau 200 agar kualitas foto tetap bagus. Agar foto tetap tajam gunakan fitur Aperture (diafraghma) di F10 ke atas.
Sunset di Pantai Soge
Sunset di Pantai Soge
4. Kreatif
Jangan hanya terpaku pada matahari. Lihatlah sekeliling, komposisi foto tidak hanya berisikan gambar matahari saja. Jangan ragu untuk menambahkan obyek lain dalam bingkai agar foto sunrise atau sunset tidak terasa monoton. Buatlah siluet di foreground yang mampu memberikan kesan tersendiri dalam sebuah foto.
Untuk membuat siluet arahkan metering kamera ke cahaya yang paling terang sekitar matahari. Kemudian arahkan fokus pada obyek yang akan dijadikan siluet, bisa berupa manusia, pohon, dermaga kapal, benda mati atau apapun yang ada di sekitar.
Danau Tondano menjelang senja
Danau Tondano menjelang senja
5. Terus Mencoba
hampir tiap hari matahari akan terus terbit dan terbenam. Jadi tidak ada kata terlambat untuk selalu mencoba. Karena sering view yang didapat akan berbeda, entah itu intensitas warna orangenya atau bentuk-bentuk awannya. Foto yang dihasilkan pun akan bervariasi. Dengan terus mencoba kita juga akan terbiasa mengatasi situasi dan spot yang tidak terduga. (Elif06)
Sunset di Pulau Bawean
Sunset di Pulau Bawean

Ingin Naik Gunung? Ini yang Harus Disiapkan Pendaki Pemula


Mendaki gunung seperti kegiatan petualangan lainnya merupakan sebuah aktivitas olahraga berat. Kegiatan itu memerlukan kondisi fisik pendaki yang prima. Bedanya dengan olahraga yang lain, mendaki gunung dilakukan di tengah alam terbuka yang liar, sebuah lingkungan yang sesungguhnya bukan habitat manusia.

Pendaki yang baik sadar adanya bahaya yang bakal menghadang misalnya saja gunung memiliki suhu udara yang lebih dingin, hembusan angin yang membekukan, kondisi hujan tanpa tempat berteduh, kecuraman permukaan yang dapat menyebabkan orang tergelincir serta risiko jatuhnya batu-batuan. Sifat bahaya tersebut tidak dapat diubah manusia.
Pendaki1

Hanya saja, sering kali pendaki pemula menganggap mendaki gunung sebagai rekreasi biasa. Apalagi untuk gunung-gunung populer dan cenderung “mudah” didaki, seperti Gede, Merapi atau Salak. Akibatnya, mereka lalai dengan persiapan fisik maupun perlengkapan pendakian.
Berikut persiapan yang harus diketahui bagi pendaki pemula :

1. Persiapkan mental dan fisik


Siapkan mental dan pastikan benar-benar yakin untuk mendaki gunung sehingga tidak ada beban ketika melakukannya. Seorang pendaki gunung harus tabah dalam menghadapi berbagai kesulitan dan tantangan di alam terbuka. Tidak mudah putus asa dan berani, dalam arti kata sanggup menghadapi tantangan dan mengatasinya secara bijaksana dan juga berani mengakui keterbatasan kemampuan yang dimiliki.

Selain mental, fisik harus sangat diperhatikan.  Baik pendakian di ketinggian 2.000-3.000 meter atau di atas 4.000 meter, aturannya sama. Yakni, pendaki harus berlatih fisik tiga bulan sebelum pendakian. Latihan kekuatan dan daya tahan menjadi fokus utamanya. Namun memang intensitas latihan untuk pendakian dengan ketinggian di bawah 3.000 meter tipikal Gunung Gede, tidak sama dengan pendakian gunung dengan ketinggian di atas 4.000 meter.

Pendaki2

2. Informasi kondisi gunung yang akan didaki


Kumpulkan informasi sebanyak mungkin seputar gunung yang akan didaki. Hal ini membantu mengetahui medan yang akan ditempuh nantinya. Informasi bisa didapatkan dengan membaca, browsing, atau langsung menanyakannya pada ahlinya langsung. Semakin banyak informasi yang diperoleh, semakin siap juga untuk melakukan pendakian.

Pendaki3

3. Peralatan pendakian


Membawa alat navigasi berupa peta lokasi pendakian, peta, altimeter (Alat pengukur ketinggian suatu tempat dari permukaan laut) atau kompas. Untuk itu, seorang pendaki harus paham bagaimana membaca peta dan melakukan orientasi. Jangan sekali-sekali mendaki bila dalam rombongan tidak ada yang berpengalaman mendaki dan berpengetahuan mendalam tentang navigasi.

Pendaki4

4. Peralatan pribadi


Bawalah peralatan pendakian yang sesuai. Misalnya jaket anti air atau ponco, pisahkan pakaian untuk berkemah yang selalu harus kering dengan baju perjalanan, sepatu karet atau boot (jangan bersendal), senter dan baterai secukupnya, tenda, kantung tidur dan matras.

Pastikan membawa kantung plastik di dalam backpack. Dalam perjalanan, kantung ini berfungsi untuk menyimpan sampah, pakaian basah, serta memisahkan baju bersih dengan yang kotor. Biasanya beban barang yang dibawa sepertiga dari berat tubuh pendaki, antara 15-20 kilogram.

Pendaki5

5. Logistik


Hitunglah lama perjalanan untuk menyesuaikan kebutuhan logistik. Berapa banyak harus membawa beras, bahan bakar, lauk pauk, dan piring serta gelas. Bawa wadah air yang harus selalu terisi sepanjang perjalanan.

Siapkan makanan dan air ekstra. Tujuannya untuk mengantisipasi cuaca buruk yang menyebabkan waktu pendakian molor.

Pendaki6

6. Bawa obat-obatan pribadi


Jangan lupa untuk membawa obat-obatan pribadi. Jangan sampai penyakit kambuh dan lupa membawa obat-obatan tersebut karena hanya akan membahayakan diri sendiri.

Pendaki7

7. Kenali kemampuan fisik


Pahamilah kondisi badan, karena hanya diri yang mengerti sejauh mana kemampuan dalam melakukan sesuatu. Jangan memaksakan suatu hal ketika merasa tidak sanggup untuk menyelesaikannya, dalam hal ini adalah mendaki gunung. Hal tersebut sangatlah diperlukan karena dalam mendaki gunung membutuhkan tenaga yang besar dan keyakinan yang kuat.

Ukurlah kemampuan diri. Bila tidak sanggup meneruskan perjalanan, jangan ragu untuk kembali pulang.

Pendaki8

8. Mulailah mendaki gunung dengan ketinggian rendah


Mendaki gunung bukanlah persoalan mudah. Maka, sebagai pemula sebaiknya memulai dari yang rendah lebih dahulu. Jadi, untuk kedepannya kita akan lebih mengerti medan yang akan kita tempuh.

Pendaki9

9. Etika dan Peraturan Pendakian


Harus kita sadari sepenuhnya bahwa seorang pendaki gunung adalah bagian dari masyarakat yang memiliki kaidah-kaidah dan hukum-hukum yang berlaku yang harus kita pegang dengan teguh. Mendaki gunung tanpa memikirkan keselamatan diri bukanlah sikap yang terpuji, selain itu kita juga harus menghargai sikap dan pendapat masyarakat tentang kegiatan mendaki gunung yang selama ini kita lakukan.

Jangan pernah sekalipun menyepelekan peraturan. Sedikit saja kita berulah ketika mendaki gunung, maka kita akan menerima akibatnya. Banyak pantangan ketika kita akan mendaki gunung, jika melanggarnya maka akan berujung pada petaka.

Pendaki10

10. Perijinan


Sebelum berangkat, ada baiknya memberitahukan keluarga atau orang terdekat mengenai rencana pendakian serta gunung tujuan. Jangan lupa untuk menyiapkan identitas diri untuk perijinan ketika ingin mendaki.

Pendaki11

” Dibutuhkan lebih banyak Keberanian untuk menghadapi kehidupan sehari-hari yang sebenarnya lebih kejam daripada bahaya pendakian yang nyata. Ketabahan dibutuhkan lebih banyak untuk bekerja di kota daripada mendaki gunung yang tinggi.


Sumber : http://indonesia360derajat.wordpress.com/2014/04/28/ingin-naik-gunung-ini-yang-harus-disiapkan-pendaki-pemula/

x