Raung adalah sebuah gunung
spesial di indonesia dengan bentuk dan karena itu raung menjadi salah satu tujuan para pecinta ketinggian yang jelas
gunung ini anti mainstream.
1. Tentang Raung
Gunung
raung yang menjadi dambaan para pendaki karena keistimewaannya (pada dasarnya
setiap gunung punya ciri khas sendiri). Gunung yang mempunyai ketinggian 3344 MDPL
ini terletak dalam tiga kabupaten di wilayah Besuki, Jawa Timur, yaitu
Banyuwangi, Bondowoso, dan Jember selain itu raung adalah salah satu gunung
yang mempunyai kaldera terbesar di Indonesia, Terdapat empat titik puncak,
yaitu Puncak Bendera, Puncak 17, Puncak Tusuk Gigi, dan, yang tertinggi Puncak Sejati (3.344 m). Gunung ini
membutuhkan beberapa skill tersendiri dari gunung-gunung lain di Indonesia
seperti manajemen air, tali-temali dan teknik panjat tebing. Raung ibarat
strata 2 pada pendidikan dan jika raung menjadi S2-nya para pendaki maka S3-nya
adalah puncak cartenz sementara itu yang disebut S1 adalah seperti Semeru,
Kerinci, Argopuro, Rinjani dan lain-lain. Uniknya gunung ini tidak serta merta
karena medan saja namun sejarah dan peninggalannya yang begitu menarik jika dibahas
antara lain alasan kenapa bernama raung, napak tilas Gunung Raung dan beberapa
mitos seperti macan putih dan lain-lain.
2. Pendakian Gunung Raung
Mengenai
perijinan untuk mendaki gunung ini ada 3 rangkap perijinan resmi yang harus
ditanda tangani oleh pihak yang berwajib semacam pengelola, perhutani,
kecamatan dan kepolisian.
Raung terdapat 9 camp pendakian dan rata - rata setiap camp berjarak 45 menit sampai 1
jam kecuali pos 1 ke pos 2 durasi yang di tempuh lumayan lama bisa sampai 2,5
jam. Di anjurkan untuk para pendaki menggunakan ojek sampai pos 1 untuk
mempersingkat waktu. Untuk penggunaan air maksimal seorang pendaki membawa 7 - 9
liter untuk kategori boros air (bisa dikalkulasi untuk yang irit air) dan
gunakan teknik penanaman air yang biasa dilakukan pada camp 3 atau camp 4 untuk
mengurangi beban. Waktu yang biasa ditempuh biasanya hanya 4 hari 3 malam itu
termasuk santai selain itu space waktu untuk istirahat lebih maksimal. Camp
pertama biasa dilakukan di camp 3 atau camp 4, camp malam kedua di camp 7
(prepare for summit attack) sedangkan malam ketiga tergantung fisik pendaki
biasanya ada yang tetap di camp 7 atau turun ke camp 3. Mengenai summit attack
waktu yang ideal adalah pukul 3 pagi dari camp 7 dengan jarak tempuh 2 jam
sampai camp 9 dari camp 9 ke puncak bendera hanya 10 menit. Mengenai sunrise
biasanya di Puncak Bendera selebihnya tergantung mental para pendaki. Dari Puncak
Bendera kita akan di suguhkan kemegahan medan summit attack Gunung Raung yang
amazing. Selepas camp 9 batas vegetasi mulai terlihat dengan track pasir dan
bebatuan. Dari Puncak Bendera berjalan menurun menyusuri ujung tebing menuju di
bawah tepat pauncak 17 dan dari situlah penggunaan safety mulai dipersiapkan.
Disinilah pentingnya penggunaan jasa guide karena rute summit attack tidak
begitu jelas (medan tanah dan bebatuan) ada beberapa berita seperti jatuh
kejurang karena minim pemahaman rute, sangat disayangkan jika nyawa kita
melayang karena kebodohan kita sendiri. Dari puncak 17 dilanjutkan dengan
menuruni bukit yang tidak begitu tinggi namun diapit dua jurang, setelah menuruni Puncak 17 dilanjutkan
dengan perjalanan Shirathal Mustaqim dari nama tersebut bisa di artikan
bagaimana medan tersebut, medan masih berupa kanan kiri jurang yang tak
terhitung kedalamannya namun indah di pelupuk mata. Dari Shirathal Mustaqim
berjumpalah kita pada turun curam kurang lebih 8 meter yang harus dituruni
menggunakan pengaman dilanjutkan dengan meniti tebing ke arah kanan kemudian
turunan biasa dan kemudian sampailah kita ke jalur arah puncak tusuk gigi yang
begitu nanjak berupa bebatuan yang sangat rawan longsor. Puncak tusuk gigi bisa
ditempuh kurang lebih setengah jam lebih, dari tusuk gigi kembali kita berjalan
memanjat namun tanpa safety ke arah kanan puncak tusuk gigi dan kemudian
sampailah di puncak utama Gunung Raung yaitu Puncak Sejati. Dari puncak sejati
kita akan disuguhkan keindahan kaldera Raung yang begitu besar dengan kepulan asap
tipis di atasnya.
3. Keunikan Gunung Raung
Jika
berbicara mengenai keunikan tentunya setiap gunung atau tempat manapun
mempunyai keunikan sendiri. Raung pasti tidak asing di telinga para pendaki,
gunung ini spesial salah satunya mitos yang ada di tempat ini seperti macan
putih, suara - suara aneh dan banyak sekali tempat yang
katanya angker. Masyarakat sekitar Gunung Raung meyakini bahwasanya Gunung
Raung adalah singgasana dari macan putih yang berpusat pada puncak Gunung
Raung. Kerajaan tersebut dipimpin oleh salah satu dari keturunan kerajaan Majapahit
yaitu Pangeran Tawangulun tidak hanya macan putih bahkan setiap malam - malam
tertentu seperti malam jumat sering terdengar derapan kuda yang dipercayai
suara kereta kencana milik permaisuri Pangeran Tawangulun. Misteri - misteri
disetiap tempat angker kadang terdengar isepan jempol belaka tapi bukan berarti
itu semua bohong karena memang kepercayaan hal - hal mengenai peristiwa langka tersebut
hanya sering dirasakan masyarakat pribumi atau mereka yang mempunyai kemampuan
lebih selain itu Keangkeran Gunung Raung sudah terlihat dari nama - nama
pos pendakian yang ada, mulai dari Pondok Sumur, Pondok Demit, Pondok Mayit dan
Pondok Angin. Itulah Raung beserta mitos - mitosnya.
4. Estimasi Pendakian Gunung Raung
Untuk transportasi kita bisa menggunakan kereta api
dengan tujuan Stasiun Kali Baru, dari situ kita bisa mendapatkan informasi jasa
guide dari orang sekitar stasiun dan lebih baiknya lagi persiapkanlah segala
bentuk keperluan seperti guide dan persewaan sebelum hari H agar kita lebih
nyaman dan mudah. Mengenai guide dan persewaan teman – teman bisa searching di
Google untuk lebih detailnya bisa searching via Facebook dengan nama Josinyo
Regass. Josinyo Regass adalah salah satu penyedia jasa guide dan alat yang
lumayan terkenal dikalangan Gunung Raung.
5. Intisari Pendakian Gunung Raung
Setiap perjalanan pasti mempunyai beberapa kesimpulan
tak kadang kesimpulan itu sesuatu yang baru, sesuatu yang langka dan mungkin
sesuatu yang akan diingat seumurr hidup kita sebagai aktor utama di kehidupan
yang kita jalani. Gunung Rayng mengajarkan tentang pentingnya mawas diri,
disiplin, pengetahuan dan yang penting persaudaraan.
Pada tahun 1593 - 1903 terdapat 20 catatan letusan Gunung Raung yang
terjadi, yaitu letusan pada tahun 1593, 1597, 1638, 1730, sekitar tahun 1804,
1812-1814, sekitar tahun 1815, 1817, 1838, 1849, 1859, 1860, 1864, 1881, 1885,
1890, 1896, 1897, 1902, dan 1903.
Pada tahun 1915 - 1924 terdapat 6 catatan letusan Gunung Raung yang
terjadi, yaitu letusan pada tahun 1915, 1916, 1917, 1921, 1924, dan 1924.
Pada tahun 1928 – 1999 terdapat 31 catatan letusan
Gunung Raung yang terjadi, yaitu letusan pada tahun 1928, 1929, 1933, 1936,
1937, 1938-1939, 1940, 1941, 1943, 1944-1945, 1953, 1955, 1956, 1971, 1973,
1974, 1975, 1976, 1977, 1978, 1982, 1985, 1987-1989, 1990, 1991, 1993, 1994,
1995, 1995, 1997, dan 1999.
Aktivitas vulkanis Gunung Raung
meningkat sejak tanggal 21 Juni 2015.
Laporan mengenai peningkatan
aktivitas diberikan sejak tanggal 21 Juni 2015. Satelit Landsat 8 NASA mendeteksi adanya
dua lubang magma
sehingga diperkirakan tidak akan terjadi letusan besar. Material pijar mulai
menyembur pada tanggal 26 Juni 2015 dan rangkaian letusan terjadi sejak tanggal
4 Juli 2015. Karena lubang magma terletak pada kawah yang dalam, semburan
material pijar tidak keluar dari kawah. Meskipun demikian, daerah di sekitar
Gunung Raung dituruni hujan abu serta merasakan gempa tremor. Rangkaian letusan
ternyata terus berlanjut pada hari - hari selanjutnya sehingga mulai mengganggu
perhubungan udara. Terhitung mulai tanggal 10 Juli 2015, akibat dikeluarkannya notice
to airmen dari regulator penerbangan udara (Kementerian Perhubungan
Republik Indonesia), lima bandar udara ditutup dan tidak melayani
penerbangan rutin. Lima bandara tersebut adalah Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali; Bandara
Internasional Lombok; Bandara Selaparang, Lombok;
Bandara Blimbingsari, Banyuwangi;
dan Bandara Notohadinegoro, Jember. Pada
tanggal 16 Juli 2015, tiga bandar udara utama Jawa Timur yaitu Bandara Internasional Juanda, Sidoarjo; Bandara Abdul Rachman Saleh, Malang; serta Bandara Trunojoyo, Sumenep juga
ditutup. Pada hari - hari berikutnya, secara tidak tetap
bandara udara - bandara udara tersebut ditutup untuk sementara kemudian dibuka kembali.
Bandara paling terdampak adalah Bandara Notohadinegoro (Jember) dan Bandara
Blimbingsari (Banyuwangi). Sampai tanggal 5 Agustus 2015, Bandara Blimbingsari
adalah satu - satunya
bandara yang masih ditutup.